Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia mengatakan bahwa melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berdampak buruk terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia Pujobroto mengungkapkan, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ini telah membuat beban Garuda Indonesia meningkat. “Biaya operasional mengalami kenaikan signifikan,” ungkap Pujobroto.
Menurut Pujobroto, sebanyak 70 persen biaya operasional dalam industri penerbangan dikeluarkan dalam bentuk dolar Amerika Serikat. Dia mengatakan bahwa jika rupiah melemah Rp 100 rupiah saja terhadap dolar Amerika Serikat, maka beban operasional yang ditanggung Garuda Indonesia mengalami peningkatan sebesar US$ 12,8 juta.
Pujobroto menambahkan, salah satu komponen biaya yang cukup menguras biaya adalah pembelian bahan bakar atau avtur. Menurutnya, biaya pembelian bahan bakar ini biasanya sebesar 20-25 persen dari total biaya operasional. Akan tetapi, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah membuat biaya pembelian bahan bakar membengkak hingga 40 persen dari total biaya operasional.
Selain untuk pembelian bahan bakar, kerugian yang dialami Garuda Indonesia akibat melemahnya kurs rupiah ini berasal dari biaya sewa pesawat dan biaya perawatan pesawat.
Sumber: indo-aviation.com
Selasa, 14 Oktober 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar